2012
By : Aulia Ainun
By : Aulia Ainun
Kelakuan Vina sekarang mulai agak aneh. Itu begitu jelas terlihat dari tingkahnya yang tiba-tiba sok centil kayak CPCP(Curi Pandang Cari Perhatian) gitu. Sok imut juga, kadang rada-rada narsis gitu.
Sefi sebagai sahabat dekatnya bingung juga. Ni anak kenapa? Apa kesambet setan pantai? Soalnya hari minggu, seminggu yang lalu mereka sempet mejeng sejam di pantai sambil duduk-duduk di kedai makan sekalian belie s dawet. Sruput… sruput… sambil liatin cowok-cewek yang lalu lalang. Jadi kali ajaj pikiranyya nglayang-nglayang ngelamun nggak genah.
“Sefi, tolong kamu jelaskan ulang tentang Stratifikasi Sosial menurut pendapat teman-teman kamu barusan”. Sefi tersadar.
“Oh ya, ada apa bu?” saya kurang jelas”.
“Makannya, kalau ngalamunin aku nggak segitunya kali’.
Bisik Vina rada mencondongkan badannya ke tubuh Sefi.
“Ih GR lu!” ucap Sefi nggak berani teriak-teriak.
“Ibu minta, jangan ngelamun di kelas Ibu!”
“Oh.. ya.. ya bu..”
Kemudian pelajaran berjalan seperti semula, murid-murid dengan penuh khidmat mendengarkan.
“Ada masalh ya Sef?’ Tanya Vina masih dengan keadaan menghadap ke depan dan pura-pura berkonsentrasi dengan penjelasan-penjelasan bu Siska.
“Ini semua gara-gara kamu!” sahut Sefi sengit. Suarananya ditekan supaya pelan yang mendengarkan hanya Vina. Sekarang perhatian Vina betul-betul tercurah ke Sefi. Ia belum ngerti maksud Sefi.
“Coba kamu nggak aneh-aneh”
“Maksud kamu?” wajah Vina 10cm disamping Sefi, ada getar khawatir disana.
“Cob…”
“Vina, ada apa? kalian tidak bertengkar kan?”
Lagi-lagi Vina dan Sefi jadi pusat perhatian.
“Jika tidak menghendaki pelajaran Ibu, silahkan keluar!”.
Kejam…!!! Satu kata yang terlintas di benak Sefi yang punya salah Vina masa aku dibawa-bawa, ini namanya gak adil!! gerutu Sefi dalam hati.
Gak pake diperintah dua kali, Vina dan Sefi segera angkat pantat dari tempat duduknya.
“Permisi bu…” ucap keduanya…
Vina segera menyeret Sefi ke taman sekolah kemudian mendudukannya.
“Kenapa sih kamu Sef?’
Sefi tetap membisu, malah berekspresi cemberut.
“Kalau kamu nggak mau nyelesein semua ini sekarang, aku dah nggak punya waktu lagi besok”.
“Emangnya masalah apa?” Tanya Sefi yang bias ditafsirkan, mimiknya kayak orang bloon tanpa dosa gitu.
“Ya ampun, saat di kelas tadi…”.
“O…?? yang mana aku lupa suerr..’
“Karena aku? Masalah apa sih??”
Sefi merenung sejenak, sedikit mengingat, menimbang, biar kata-katanya nggak menyinggung perasaan Vina.
“Kamu nyadar nggak kalau kamu sok exis!”
Vina mengerutkan dahi, kemudian tertawa ngakak karena ngeliat wajah penasaran Sefi lantas berganti marah.
Sefi semakin penasaran nih. Aneh ajasi Vina dilihat-lihat mirip orang gila yang lagi kumat gitu.
“Kamu dah baca Koran belum Sef?”
Sefi tambah bingung, apa hubungannya orang gila sama Koran? Eh salah , Si sok exis sama Koran?
“Belumlah, emangnya Koran di depan perpus dah diganti?”
Gak tahu, yang ini Koran minggu non”
“Nggak”
“Kalau kamu baca, kamu juga pasti bakal ikut jejakku”.
“Hah?,nggak salah tuh?” ucap Sefi spontan, ikut sok exis, moga-moga nggak deh. Mau dikasih mana harga diri ini?. Dirongsokkin aja? Ya janganlah.
“Berita intinya gini, pada tanggal lupa berapa gitu ditahun 2012 dunia akan kiamat, nah kamu dah baca belum? Ada filmnya kan?”
Sefi nggak bias nahan tawanya “ha… ha… terus apa hubungannya?”
“Ya ampun Sef, secara 2 tahun lagi kiamat. Ku belum punya kecengan, paling tidak aku bias ngrasain gimana sih pacaran itu?. Sekali dalam hidup’.
“Ah korban berita lu!kiamat kan nggak ada yang tahu kapan, kecuali Allah. Masa nggak inget sih”.
“Ya emang sih , tapi Sef, jangan-jangan nanti malah kiamatnya diajukan jadi tahun 2011 atau 2010 yah Sef bayangin aja kita mati sia-sia, belum punya pacar, nikah juga belum, apalagi punya anak, nggak ngrasain jadi nenek, waduh”.
Sefi tertegun, maksudnya Vina? Dia sok jablai gitu buat cari kecengan mennggulangi kiamat dengan tanpa status jomblo 4ever.
“Kamu dong kan?”
Tiada jawaban dari Sefi sendiri bingung mau bilang apa? Masalahnya Vina semakin aneh aja. Jadi dia nggak kesambet setan pantai> tapi kerayu setan.
“Donglah, tapi itu nggak realitas banget, kayak anak SMP tauk. Mending kita banyakin ngamal.’
“Ah Sef, kamu nggak prend gitu sih?”
Tanpa menjawab pertanyaan vina, Sefi cabut dengan tidak mengucap sepatah katapun seperti biasa ketika mereka berpisah. See you, good bye, atau yang lainnya.
Ada rona sesaat dan kecewa di muka Vina.
Sehari berlalu belum ada tanda Vina akan menjadi Vina yang dulu. Malah hari kedua setelah persahabatan Vina dan Sefi retak dengan bangganya Vina menggandeng Doni, cowok kuliahan yang jaban pagi, siang, pas pulang sekolah nongkrong di depan sekolah Vina tepatnya di dekat kost nya bias dibilang cakep sih orangnya.
Tiap hari yang diceritain doni, Doni, Doni terus hingga akhirnya Sefi minta tukar tempat sama Dawi. Soalnya Sefi bosen aja, tiap detik Cuma Doni yang diceritain, kalau nggak keajaiban kiamat 2012, hingga mempertemukannya dia sama sang pangeran Doni.
Baru diawal minggu yang cerah, saat upacara bendera, Vina bersikukuh untuk berdiri disamping Sefi sampai debat kusir sama Mela.
Dan akhirnya Vinalah yang menang, dengan mau ngasih info penting buat Sefi.
Saat pidato Pembina upacara, Vina menyenggol lengan Sefi “aku minta maaf dah buat kamu bingung ya Sef”. Bisik Vina.
Sefi menatap Vina Penuh makna. Sepertinya sahabatnya sudah normal kembali nih. Tapi pula perlu dicurigai selanjutnya tetap.
Aku sudah putusin kak Doni, alasanku simple tapi nggak terima, malah nyumpahin aku gitu.’
Emang alasan kamu apa Vin? Kamu konsen belajar fulu? Atau capek pacaran?” wah kalian berarti lagi cuti pacaran dong sekarang”.
Vina membiarkan Sefi bermain-main dengan pikiran barunya setelah Sefi berhenti menebak dengan awal helaan nafas.
“Karena, aku mau jomblo dulu sampai 2012”. Sahut Vina lugu.
Hampir saja Sefi mengguncang-guncang tubuh Vina, kalau saja tak ingat lagi upacara.
Hanya wajah tak mengerti Sefi mengomentari pertanyaan Vina.
“Gila lu” ujar Sefi
“Ini bukan gila, tapi realitas, aku bukan anak SMP lagi Sef”.
“Terus?”
“Ya, buat pengalaman aja” sahut Vina gampang.
“Nggak nyesel 2012 kiamat lu..?” goda Sefi yang tak karuan saja membuat Vina Jadi Salting.
“Nggaklah, aku kan dah pernah pacaran”.
“O…”
Tiba-tiba seseorang menepuk pundak mereka dan menyuruh balik ke kanan, kemudian digiring ke tempat anak-anak yang nggak lengkap atributnya.
“Harap tenang” pesan orang itu yang ternyata Pak Heri.
Vina dan Sefi hanya saling pandang kemudian berpelukan setelah beberapa hari nggak nyapa. Kembali Pak Heri menepuk kedua pundak mereka, eh malah pada meringis, jadi iklan pepsodent gitu.
Saat pelaksanaan hukuman, Cuma Vina dan Sefi yang semnagat, kapan lagi bias bersih-bersih sekolah kalau nggak sekarang, 2012 kan di prediksi kiamat, sekali dalam sehidup kan nggak apa-apa, walau akhirnya kiamatnya kapan nggak tahu. Mau diundur atau diajukan? No problem, kan dah berbuat yang sekiranya sekali dalam hidup.
Vina dan Sefi mengakhiri pekerjaan mereka dengan manis, sampah-sampah dah dibuang ke tempatnya, sebelum pulang ke kelas, disempatkan ke kantin. Ketika masih asyik memilih jajan, tiba-tiba seseorang menepuk pundak mereka, begitu menoleh mereka hanya meringis.
“Eh Pak Heri!” heran dimana-mana ada Pak Heri.
tamat
0 komentar:
Posting Komentar